Ticker

4/recent/ticker-posts

Pengertian dan Jenis Puisi

Penulis: Angger Reda Tama, S.Pd., M.Pd.

Daftar Isi Materi Puisi
Assalamu'alaikum, Sobat sahabat-ilmu.com. Karya sastra yang sering kita pelajari di bangku sekolah salah satunya yaitu puisi. Oleh karena itu, kita akan mempelajari pengertian puisi. Mari kita simak bersama.

Pengertian Puisi

Puisi adalah suatu karya sastra yang mengandung rima, bait, majas, dan pesan. Oleh karenanya pusisi memiliki nilai emosional dan keindahan di dalamnya. Puisi akan menjadi bermakna jika dibaca dengan irama dan penghayatan.

Jenis Puisi

1. Puisi Lama

Puisi lama adalah suatu jenis puisi yang masih terdapat aturan seperi jumlah baris, bait, dan rima.

Jenis Puisi Lama

  1. Mantra adalah suatu bentuk puisi lama yang berisi bait-bait yang diyakini sebagian orang meliki kekuatan supra natural.
  2. Pantun adalah suatu bentuk puisi lama yang masing-masing baitnya terdiri empat larik dengan sajak a b a b.
  3. Karmina adalah suatu bentuk puisi lama yang bentuknya lebih pendek dari pantun.
  4. Seloka adalah suatu bentuk puisi lama yang berasal dari Melayu klasik yang berisi pepatah.
  5. Gurindam adalah suatu bentuk puisi lama yang memiliki struktur dua bait dan tiap bait berisi dua baris dengan sajak yang sama.
  6. Syair adalah suatu bentuk puisi lama yang berisi empat baris tiap baitnya dengan sajak sama  dalam satu bait.
  7. Talibun adalah suatu bentuk puisi lama yang tiap baitnya berisi lebih dari empat baris dan memiliki irama abc-abc.

2. Puisi Baru

Puisi baru adalah suatu jenis puisi yang tidak terdapat aturan jumlah baris, bait, dan rima atau sajak. Sehingga seniman dapat lebih leluasa menuangkan imaginasinya tanpa memikirkan aturan struktur baris, bait, dan rima.

Jenis-jenis Puisi Baru
Puisi merupakan bentuk ekspresi sastra yang menggunakan bahasa secara kreatif untuk mengungkapkan ide, perasaan, dan pengalaman secara artistik. Ada berbagai jenis puisi yang memiliki struktur, gaya, dan tujuan yang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa jenis puisi beserta contohnya:

a. Puisi naratif adalah suatu jenis puisi yang mengandung sebuah cerita atau peristiwa dengan menggunakan kata-kata yang kreatif dan deskriptif. Ini mirip dengan narasi dalam prosa, tetapi dikemas dalam bentuk puisi. Contoh:
Berikut adalah beberapa contoh puisi naratif :
1. "Si Doel Anak Betawi" oleh Rendra:
Si Doel anak Betawi
Ada tiga, tiga dua
Si Doel si Anak Betawi
Tiga tiga dua dua

2. "Burung-Burung Manyar" oleh Chairil Anwar:

Burung-burung manyar
Kicau merdu dalam sangkar
Mereka tak tahu, tak tahu
Bahwa sangkar itu penjara

3. "Burung Camar" oleh W.S. Rendra:

Burung camar terbang tinggi
Hingga menghilang
Rombongan bergerak pelan
Mengiringi upacara

4. "Burung-Burung Rantau" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Di rantau yang tidak diketahui
Seluruh jiwa pernah berkumpul
Menjadi paku di nisan
Yang sepi tak bertuan

5. "Sajak Sebatang Lisong" oleh Sapardi Djoko Damono:

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api
Yang menjadikannya abu

6. "Balada Orang-Orang Cacat" oleh W.S. Rendra:

Pada suatu hari yang indah
Di waktu sore yang indah
Kami datang
Dengan kaki palsu
Dengan tangan palsu
D\engan mata palsu

Puisi-puisi naratif dalam bahasa Indonesia ini juga mengandung cerita atau pesan yang unik dan kuat. Mereka menggunakan bahasa secara kreatif untuk menggambarkan peristiwa, karakter, atau emosi dengan cara yang mendalam.

b. Puisi lirik mengungkapkan perasaan pribadi dan emosi pengarang. Puisi lirik adalah jenis puisi yang lebih introspektif dan sering berisi ungkapan tentang cinta, kesedihan, kebahagiaan, atau pengalaman pribadi.  Berikut adalah beberapa contoh puisi lirik:
1. "Aku" oleh Chairil Anwar:
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bukan raja, bukan bangsawan
Aku ini anak negeri
Dari golongan rakyat biasa

2. "Ibu" oleh Chairil Anwar:
Ibu
Aku ingin mendendangkan lagu
Mengiringi iringan kaki-kaki indahmu
Aku ingin memberi mawar-mawar penuh
Yang merah permen di hari raya

3. "Lagu untuk sebuah nama" oleh Sapardi Djoko Damono:
Aku ingin menyebut namamu
Dalam setiap doaku
Agar engkau selalu hadir
Dalam tiap langkah langkahku

4. "Rindu" oleh Chairil Anwar:
Janganlah kau kirimkan bunga
Itu mengingatkanku pada kematian
Sesuatu yang akan layu pudar
Lepas dari batangnya

5. "Sajak Putih" oleh Chairil Anwar:

Sesudah semua dah tak ada
Putih
Kita tinggal sendiri

6. "Biarlah Aku Mengalah" oleh Naff:

Biarlah ku melihat tuk kemudian
Biarlah ku mengalah meski aku yg sakit
Biarlah aku yg tersakiti

Puisi-puisi lirik dalam bahasa Indonesia ini mengungkapkan perasaan pribadi, cinta, kehilangan, atau pengalaman emosional dengan cara yang mendalam dan bermakna. Bahasa digunakan dengan indah untuk menyampaikan ungkapan dan perasaan yang mendalam.

c. Puisi ode adalah puisi yang ditulis untuk menghormati atau memuji seseorang, sesuatu, atau bahkan konsep abstrak. Biasanya berisi ungkapan kekaguman dan keindahan.

Berikut ini adalah beberapa contoh puisi ode:
1. Ode kepada Senja (Sapardi Djoko Damono):

Senja, kau datang lagi dengan merah di atas kepalamu.
Senja, kau tak tahu kapan terbenam.
Senja, kau bisu menghitung duka-duka di pelupuk mata.
Senja, kau dalam dalam.

2. Ode kepada Bunga (Sapardi Djoko Damono):

Kau yang terasa di mata
Bagai cahaya matahari
Kau yang mengembang di malam hari
Bagai mimpi-mimpi buruk di kepala

3. Ode kepada Ayah (Taufik Ismail):

Ia mempersiapkan pagi
Menuangkan secangkir kopi
Senyumnya semanis kue
Ada sari kebahagiaan dalam raut wajahmu

4. Ode untuk Mentari (Sapardi Djoko Damono):

Mentari, engkau yang tiap pagi menyapa
Dengan sinarmu yang tak pernah terpecahkan.
Engkau yang jadi saksi bisu tiap langkah insan
Mengikuti riak-riak waktu.

5. Ode untuk Pohon (Goenawan Mohamad):

Pohon, kau setia dalam tiap musim
Tumbuhkan dedaunan di masa hujan
Keringkan rantingmu di saat kemarau
Pohon, pohon yang tak pernah berpindah

6. Ode kepada Hujan (Sapardi Djoko Damono):

Hujan
turun lagi
membuat suasana lebih sedikit menyejukkan.

Puisi ode menghadirkan keindahan bahasa untuk merayakan, menghormati, dan merenungkan nilai-nilai yang ada dalam subjek yang dipilih.

d. Puisi epik adalah puisi panjang yang menceritakan cerita pahlawanik atau peristiwa besar. Beberapa di antaranya berfungsi sebagai narasi sejarah atau mitologi. 
Berikut ini beberapa contoh puisi epik:

1. "Gajah Mada" oleh Remy Sylado:

Dari Sabang sampai Merauke
Tidak ada yang gila kecuali gue
Gue gak cinta tanah air gue
Gue cinta gila-gilaan

2. "Si Burung Merak" oleh Chairil Anwar:

Seperti katakmu pagi ini
Ternyata juga birahi hatiku
Mengapa harus kau sendiri, kupikir-pikir
Burung merak yang merdu?

3. "Ramayana" oleh Slamet Riyadi:

Begitu tegas maka Sinta ke tengah segera datang
Rama pun bangkit melangkah kembali kepada Prabu
Lalu dengan tegas berbicara: "Aku bawa barang ini
Harus kau ambil sesuai yang kita sepakati"

4. "Brawijaya" oleh Slamet Riyadi:

Datanglah menantang lebih tegas
Jika sebelumnya telah menderita
Berlarilah membawa keluh kesah
Setelah menghimpit di bawah tangan

5. "Mpu Gandring" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Jangan ajukan diri, telah kulihat tulangmu
Mpu Gandring, para ksatria kira pasti tumpas olehmu
Tetapi aku punya kutukan, menyejukkan mata
Membuat setiap benda tajam menjadi lemas

6. "Ken Arok" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Sebenarnya aku sederhana dan apa adanya
Jika tak mau menghilangkan cacatku, buang saja
Sia-sia akan lempeng yang kau renggang-renggangkan
Dari mulutmu mengeluarkan peluru pendek

Puisi epik ini menciptakan gambaran kisah atau peristiwa besar dengan bahasa yang kuat dan narasi yang mendalam. Mereka seringkali menggambarkan pahlawan atau tokoh sentral yang mengalami petualangan atau tantangan yang menentukan nasibnya.

e. Puisi elegi adalah suatu jenis puisi yang umumnya berfokus pada kematian, kehilangan, atau kehancuran. Ini adalah jenis puisi yang melambangkan kesedihan dan duka. 
Berikut ini beberapa contoh puisi elegi:

1. "Malam di Bawah Lampu Jalan" oleh Chairil Anwar:

Aku tak mau sendiri
Aku ingin iri pada bintang
Yang menyinari peluh setiap orang yang
Lewat di bawah lampu jalan

2. "Puisi Luka" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Luka-luka yang besar sekali
Di badan hukum dan juga di kepala
Setiap anak mengingat leluhurnya
Menangis di dalam lubang lubang

3. "Sajak Sepotong Senja untuk Pacarku" oleh Sapardi Djoko Damono:

Jika engkau harus berangkat
Sebelum mentari datang lagi
Engkau mungkin tak akan terlalu lama datang
Sebelum terbit mentari yang baru lagi

4. "Kupu-Kupu Kertas" oleh Toeti Heraty:

Di pagi yang sudah mati
Selembar kupu-kupu
Kaku berdiri
Di hamparan padang tandus

5. "Ketika Aku Mati" oleh W.S. Rendra:

Ketika aku mati,
Mungkin hanya sebuah mayat kecil yang terbaring.
Namun kalau ternyata
Ada kawan yang menangis,
Aku tidak mati.

Puisi-puisi elegi ini mengekspresikan perasaan duka dan kehilangan, mengingatkan pada pengalaman manusia yang penuh emosi dan refleksi.

f. Puisi satir adalah suatu jenis puisi menggunakan sindiran, humor, atau kritik untuk mengomentari masalah sosial atau kelemahan manusia. Ini seringkali mengkritik kebijakan, budaya, atau perilaku masyarakat.
Berikut ini beberapa contoh puisi satir:
1. "Aku" oleh Chairil Anwar:

Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Bukan raja, bukan bangsawan
Aku ini anak negeri
Dari golongan rakyat biasa

2. "Menggiring Anak-anak" oleh W.S. Rendra:

anak-anak, kalau kau ingin tahu, ini negara kesatuan
sebab itulah di bagian atas terdapat sebuah tumpeng
dan di dalam tumpeng ada nasi kuning
tapi jangan heran seandainya nasi kuning itu
rasanya hambar dan tidak enak
sebab nasi itu adalah nasi karbohidrat yang biasa
dan ditambahkan beberapa cacing sebagai protein
sebab itulah kalau engkau anak-anak ingin tahu
sepatutnya engkau ikut perang di bagian dalam tubuh ibumu

3. "Dengan Kata-kata Aku Melawannya" oleh W.S. Rendra:

Dia sudah sampai pada tahap pemborosan
Keluar masuk hotel, semalaman
Keluar masuk rumah bordil, semalaman
Dari kota ke kota, semalaman
Dari benua ke benua, semalaman
Mencari kesenangan dan kenyamanan yang fana

4. "Jakarta, Selasa Pagi" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Bajaj jam lima pagi, diajak nyanyi
Mengumandangkan bahasa Jakarta
Bajaj jam tiga sore, diajak nyanyi
Mengumandangkan bahasa Jakarta
Semua rakyat bawah yang berbahasa Betawi
Rakyat atas yang berbahasa Inggris

5. "Sumpah Pemuda Zaman Milenial" oleh Adek Rizky:

Sumpah pemuda baru kita sadari,
90-an generasi yang lemah.
Unjuk gigi di media sosial,
Saking merakyat, sampai pamer lemah.


g. Puisi haiku adalah bentuk puisi Jepang yang singkat, biasanya terdiri dari tiga baris dengan pola suku kata 5-7-5. Haiku sering menggambarkan alam atau momen singkat dengan kesederhanaan dan mendalam. 

Berikut ini beberapa contoh puisi haiku:

1. "Hujan di Jendela" oleh Yosa Buson:

Hujan di jendela
Tetes-tetes diam mengalir
Malam yang sepi

2. "Senja di Pantai" oleh Sutardji Calzoum Bachri:

Senja di pantai
Burung terbang dalam kelam
Matahari terbenam

3. "Pagi yang Tenang" oleh Goenawan Mohamad:

Pagi yang tenang
Dedalu bermain di ranting
Angin pun bercengkrama

4. "Sepi di Taman" oleh Taufik Ismail:

Taman yang sunyi
Hanya suara dedaunan
Mengusir sepi

5. "Kumbang di Bunga" oleh Remy Sylado:

Kumbang di bunga
Malamnya tetap bercumbu
Tanpa terganggu

6. "Lautan yang Diam" oleh Sapardi Djoko Damono:

Lautan yang diam
Hanya angin berbisik lembut
Malam yang sunyi

Puisi haiku ini menciptakan gambaran singkat namun kuat tentang momen-momen dalam alam atau kehidupan sehari-hari dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan puitis.

h. Puisi sonnet adalah bentuk puisi yang memiliki pola struktur dan riming yang khas. Dalam bahasa Indonesia, sonnet umumnya terdiri dari 14 baris yang diatur dalam empat kuatrain (quatrain) diikuti oleh dua baris penutup (couplet). 
Berikut ini beberapa contoh puisi sonnet:
1. "Soneta" oleh Chairil Anwar:

Sampai jumpa di sini dalam tidur
Kita berdua membelah hari dengan luka
Dan memecahkan hari dengan kata-kata
Walau kita harus sendiri dalam tidur

Waktu yang diikat erat dalam bumi
Sementara kita menari dan tertawa
Waktu berlayar dengan angin
Dan kita di sini dalam tidur

Aku mencintaimu dalam ketegaran
Sama seperti kau mencintaiku
Dalam derita

Sampai jumpa, sayang, dalam malam
Hari-hari kita penuh dengan api
Kita berdua pernah mencintai hidup.

2. "Sonnet Cinta" oleh Taufik Ismail:

Kau mengapa pendek dalam pembicaraan
Padahal dalam pelukmu jagad ini kurang
Dalam genggamanmu sayap-sayap ini terpotong
Bahkan kadang-kadang ciuman pun hanya keringat

Kau mengapa cepat berlalu seperti lebah yang berbahagia
Padahal dalam pelukanmu jantung ini lemas
Dalam hujan tanganmu yang telah kaku
Aku tahu cintamu memang hanya pelayan

Kau selalu menyeret ku ke bawah
Kau menolak tangan ku menjangkau atas
Walau kau tahu aku masih ingin cinta

Kau selalu menyeret ku ke dasar
Kau menolak mata ku memandang bintang
Meski kau tahu aku masih ingin cinta

3. "Sonnet untuk Sang Guru" oleh Sapardi Djoko Damono:

Guru, dalam selimut ajar
Kau tembuskan malam ke dalam
Memaksa cahaya turun dari cakrawala
Menjalar dalam hati

Guru, di luar duniaku yang keruh
Kau bawa aku pada kerlipan
Melihat dunia dari tempat yang tak pernah ku tahu
Sebelum ada engkau

Guru, dalam jalan ajar yang panjang
Aku temukan jalan ke sumber pengetahuan
Di mana engkau sendiri adalah sumber

Guru, di puncak cinta kita
Engkaulah yang menjadi pelita

Puisi-puisi sonnet ini mengikuti struktur dan pola riming khas sonnet dengan bahasa yang indah untuk mengekspresikan berbagai perasaan dan pemikiran.

Setiap jenis puisi memiliki gaya dan tujuan uniknya sendiri. Pemilihan jenis puisi tergantung pada apa yang ingin diungkapkan oleh pengarang dan bagaimana mereka ingin mengkomunikasikan pesan mereka kepada pembaca. Semoga rtikel tentang puisi, jenis-jenis puisi, dan contoh-contohnya bermanfaat.